Kamis, 18 September 2014

laporan Benchmarking kota blitar

LAPORAN INDIVIDUAL
BENCHMARKING KE BEST PRACTICE
DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN XXX
Nama Peserta
:
Mopfiyanto Ramadhan, S.IP
NDH
:
18
Instansi
:
SKPD Kel. Amborawang Darat Kec. Samboja
Kab. Kutai Kartanegara

Judul Proyek Perubahan
:
PENATAAN TATALAKSANA KETATAUSAHAAN MELALUI OPERASIONALISASI BUKU AGENDA BERBASIS ELEKTRONIK  KANTOR SEKERTARIAT  KELURAHAN











          PENGANTAR

Kegiatan Benchmarking adalah suatu proses yang memungkinkan organisasi dapat membandingkan dengan organisasi kompetitor dan selanjutnya menjadi alat strategi bagi manajemen untuk meningkatkan kinerjanya.
Benchmarking ke best practice merupakan implementasi suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dengan penyusunan Rancangan Proyek Perubahan yang sedang dilakukan oleh Peserta Diklat Pim IV Angkatan XXX Propinsi Jawa Timur Tahun 2014.
Untuk mendapatkan input guna perkuatan rancangan proyek perubahan dimaksud diperlukan kegiatan benchmarking dan diharapkan dapat membekali peserta dengan kemampuan mengadopsi dan mengadaptasi keunggulan organisasi yang dijadikan obyek benchmarking yang memiliki best pratice dalam pengelolaan kegiatan.
Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan kunjungan lapangan  pada suatu lokus (daerah).
Pada kesempatan ini, kami sampaikan ucapan terima kasih kepada yang pertama Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Propvinsi Jawa Timur yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan benchmarking di lokus terpilih dan kedua kepada Bapak Dr. T. Kuncoro, Drs., M.Si. sebagai pembimbing dalam kegiatan benchmarking serta pihak-pihak yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk memperoleh informasi yang penting sebagai bahan inspirasi untuk menjalankan proyek perubahan.




HASIL BENCHMARKING :
1.    PENDAHULUAN  :
a)     Latar Belakang
Salah satu pembelajaran Diklat Kepemimpinan Tingkat IV angkatan XXX Tahun 2014 termasuk Benchmarking yaitu melakukan kunjungan lapangan sebagai upaya memperoleh input best practice dalam pengelolaan kegiatan obyek benchmarking , yakni suat lokus (Daerah/instansi) tertentu yang diharapkan mempunyai keterkaitan erat dengan tugas penyusunan rancangan proyek perubahan instansional peserta.
Pengertian benchmarking secara sederhana adalah suatu proses membandingkan dan mengukur suatu kegiatan organisasi terhadap proses operasi yang terbaik sebagai inspirasi dalam meningkatkan kinerja organisasi. Keadaan ini penting untuk memungkinkan organisasi dapat membandingkan dengan organisasi kompetitor dan selanjutnya menjadi alat strategi bagi manajemen untuk meningkatkan kinerja.
Manfaat benchmarking adalah untuk mengurangi biaya karena kesalahan, menurunkan pencegahan sebelum kesalahan terjadi dann penyederhanaan proses dalam melaksanakan proyek projek charter di organisasi.
Tujuan Benchmarking untuk menentukan kunci atau rahasia sukses dari organisasi pesaing yang unggul, sehingga dapat membantu dalam melaksanakan output kunci dalam project charter yang akan dilaksanakan.
Indikator keberhasilan Benchmarking terjadinya perubahan budaya organisasi yang lebih baik, terjadinya perbaikan kinerja dalam meningkatkan kemampuan SDM sesuai rencana Project charter.
Pelaksanaan kegiatan Benchmarking adalah (1) memilih jasa atau produk yang akan dibandingkan (2) mengedintifikasi kunci atau rahasia sukses dari produk tersebut (3) memilih organisasi mitra sebagai pembanding (4) mengumpulkan data dan informasi serta praktek-prakteknya (5) melakukan analisis untuk mendapatkan peluang guna perbaikan, dan (6) mengimplementasikan praktek-praktek terbaik.
Desain Benchmarking yang dilakukan dengan memilih ke best practice antara lain mengunjungi  lokus sebagai mitra Benchmarking sebagai inspirator rencana project charter yang akan dilakukan. Lokus yang akan dikunjungi adalah Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar.
Ruang lingkup yang akan dilaksanakan dalam kegiatan Benchmarking adalah berfokus pada pengelolaan/pelaksanaan kegiatan instansi. kegiata-kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran organisasi.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan Benchmarking yaitu peserta diklat Kepemimpinan Tingkat IV angkatan XXX Tahun 2014 Provinsi Jawa Timur dapat memiliki kemampuan untuk mengadopsi dan mengadaptasi best practice guna memantapkan rancangan proyek perubahan dan memperlancar implementasi proyek perubahan instansional.
Dengan kata lain kegiatan benchmarking dapat dikatakan sebagai upaya untuk memberi bekal tambahan kepada peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV dalam memasuki Tahap Breaktrough II sebagai tahap Laboratorium Kepemimpinan, dimana peserta akan mengimplementasikan proyek perubahan di instansi masing-masing.
Disamping itu, keunggulan best practice yang telah diperoleh dan berhasil diadopsi dan diadaptasi selama kegiatan benchmarking akan sangat bermanfaat bagi upayah mengatasi berbagai hambatan yang mungkin timbul sehingga peserta dalam memimpin perubahan organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan.



b)     Latar Pemilihan Mitra Benchmarking
Kota Blitar adalah Kota tekecil kedua di Jawa Timur setelah Kota Mojokerto. Luasnya Hanya 32,58 Km persegi. Terdiri dari 3 Kecamatan dan 21 Kelurahan dengan Jumlah Penduduk Sampai dengan Akhir Tahun 2013 adalah 152.713 jiwa. Secara geografis tidak memiliki kekayaan Sumber Daya Alam yang dapat dieksplorasi menjadi sumber pendapatan daerah.
Sejak Tahun 2010 sampai dengan sekarang Pemerintah Kota Blitar menerapkan  Pembangunan dengan Konsep APBD PRO RAKYAT.  Yang diterjemahkan secara singkat dengan konsep : Taqwa, Wareg, Waras, Wasis, Aman Kondusif.
Pemerintah Kota Blitar melaksanakan pembangunan daerah disertai spirit nasionalisme Bung Karno, Supriyadi, dan Aryo Blitar serta semangat Kegotongroyongan sesuai semboyan RUKUN AGAWE SANTOSO.
Beberapa Kebijakan PRO RAKYAT diantaranya :
1.  Pendidikan Gratis. Berupa Sekolah Gratis, Seragam Gratis, Sepatu Gratis, dan Buku Gratis.
2.  Layanan Kesehatan Gratis Bagi Masyarakat Kota Blitar.
3.  Pelaksanaan Uji Kompetensi Agama Bagi Siswa Yang Akan Masuk SLTP dan SLTA.
4.  Pemberian Beras Miskin Daerah sebagai penunjang Beras Miskin dari Pemerintah Pusat.
5.  Pemberian Insentif bagi Guru Ngaji, Guru Kelas Minggu, Kader Posyandu, Pengurus RT/RW, penghargaan bagi atlet/siswaberprestasi.
6.  Penerapan Reward and punishment bagi aparatur. Pemberian Sepatu Gratis dan Uang Makan Minum Bagi PNS. Saat ini sedang dipersiapkan pemberian tas dan kaos kaki bagi PNS.
7.  Menjadikan Kecamatan dan Kelurahan sebagai ujung tombak pelayanan.
8.  Melaksanakan Pembangunan Berbasis Lingkungan Hidup.
9.  Pemberian Bantuan Modal Usaha dan Program Ayamisasi.
Beberapa HASIL Yang Telah Dicapai :
1.  Penghargaan dari Mendagri Pemerintah Daerah dengan Kinerja Sangat Tinggi berdasarkan LPPD.
2.  Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK Selama 4  (empat) Tahun berturut – turut. 
3.  Penghargaan Adipura 10 Kali berturut – turut dan Anugerah Adiwiyata 4 kali berturut - turut.
4.  Anugerah Wahana Tata Nugraha dan Kinerja Terbaik Peringkat Pertama Penyelenggaraan Tertib Pemanfaatan Jalan Kota Se-Jawa Timur. 
5.  Anugerah Kota Sehat  Tingkat Nasional Tahun 2013
6.  Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Blitar tertinggi Se – Jawa Timur dengan nilai 77,89.

c)     Persiapan yang Dilakukan di Kampus
Sebelum benchmarking dilaksanakan, seluruh peserta telah mendapatkan input pengetahuan sebagai bekal untuk mengidentifikasikan best practice dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pemerintahan di Kota Blitar.
Input pengetahuan yang diperoleh peserta di dalam kampus, sebagai bekal Benchmarking ke best practice, dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1.     Dinamika kelompok
2.     Pilar-pilar Kebangsaan
3.     Integritas
4.     Sankri
5.     Standar Etika Publik
6.     Diagnostic Reading
7.     Benchmarking ke Best Practice
8.     Berfikir Kreatif dan Inovasi
9.     Pengenalan Potensi Diri
10.  Membangun Tim Efektif
11.  Penjelasan Proyek Perubahan
12.  Merancang Proyek Perubahan
13.  Pembekalan Isu Aktual

Peserta diklat Kepemimpinan Tingkat IV angkatan XXX Tahun 2014 Provinsi Jawa Timur Kelompok II dengan pengetahuan yang diperoleh melaksanakan benchmarking ke best practice Kecamatan Kepanjen Kidul.
2.    INSTANSI YANG DIKUNJUNGI  (MITRA BENCHMARKING)  :
Lokus 1 : Dinas Kebersihan & Pertamanan Daerah Kota Blitar
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Daerah Kota Blitar memiliki visi “MEWUJUDKAN  KOTA BLITAR YANG BERSIH, HIJAU DAN INDAH”.  Visi ini dimaksud untuk memberikan pandangan jauh ke masa depan tentang apa yang hendak dicapai yang berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.
Untuk mewujudkan visi tersebut,  Dinas Kebersihan dan Pertamanan Daerah Kota Blitar mempunyai misi sebagai berikut :
1.            Mewujudkan Pengelolaan Kebersihan Yang Profesional dan Partisipasif
2.            Meningkatkan  Kualitas  dan Kuantitas Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
3.            Menyediakan sarana prasarana pendukung dalam pengelolaan kebersihan dan pertamanan
4.            Terwujudnya penyelenggaraan administrasi perkantoran melalui peningkatan kinerja aparatur dan perencanaan program yang strategis.
Misi tersebut dijabarkan dalam program dan kebijakan Pemerintah kota Blitar dalam hal kebersihan kota sebagai berikut :
1.     Kerjasama dengan Pihak Swasta untuk tenaga outsorching dengan perincian sebagai berikut
- Jasa Kebersihan Penyapuan Jalan
- Jasa Kebersihan Kantor
- Tenaga/Jasa  Kebersihan Kantor (Cleaning Servise)  sebanyak 115 orang, yang tersebar di 12 SKPD.
- Tenaga /Jasa Penyapu jalan sebanyak 75 orang
2.     Bidang pekerjaan utama dari penyedia jasa kebersihan penyapu jalan adalah penyapuan jalan seluas ± 33.860 m² dengan wilayah yang telah ditentukan,  meliputi penyapuan jalan, penyapuan berm & trotoar serta pembersihan rumput disekitar jalan & berm trotoar.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Daerah Kota Blitar memiliki Inovasi dalam melaksakan program dan kebijakan kebersihan serta untuk mempertahankan ADIPURA dengan merumuskan langkah-langkah untuk mengurangi sampah yang dibuang ke TPA sebagai berikut :
1.  Pendirian Bank Sampah;
2.  Pembentukan Industri Minyak dan Pupuk Organik (IMPO);
3.  Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST);
4.  Pelatihan kerajinan daur ulang sampah
5.  Fermentasi sampah organik menjadi pupuk cair

Penjelasan Program Inovasi yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Daerah Kota Blitar adalah sebagai berikut :
1.    Program Bank Sampah
Bank Sampah merupakan sebuah sistem pengelolaan sampah berbasis kelompok masyarakat dengan mengumpulkan berbagai jenis sampah yang masih memiliki nilai ekonomis

Jumlah Bank Sampah :
-     Pasar Legi (1 buah)
-     SMKN 1 (1 buah)
-     Pokmas (7 buah): Perum BTN ASABRI, Perum Wisma Indah, Kel.Karangsari, Kel. Sentul, Kel. Kauman, Kel. Bendogerit.

2.    Pembentukan Industri Minyak dan Pupuk Organik (IMPO);
IMPO adalah pengolahan sampah kota yang dilakukan oleh Lembaga Perberdayaan Masyarakat  Manunggal Sejahtera Kelurahan Gedog  menjadi pupuk organik dan daur ulang sampah plastik yang menghasilkan minyak untuk bahan bakar.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Manunggal Sejahtera bekerjasama dengan Pemerintah Kota secara bersama-sama dengan berprinsip kemitraan menangani permasalahan sampah ini dengan cara memproses sampah organik menjadi pupuk organik dan sampah plastik menjadi produk daur ulang, sedangkan sampah yang tidak mampu diolah yaitu kerikil, kaca dan kayu maupun sampah yang tidak dapat diolah akan dikirim ke TPA System Sanitary Land Fill.

3.    Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST);
TPST merupakan tempat untuk pemilahan sampah, daur ulang dan pengomposan. Kota Blitar mempunyai TPST di tingkat skala komunal yaitu di Kel.Blitar dengan daerah pelayanan Kelurahan Blitar dan sekitarnya, Lingk. Ngegong Kel. Gedog dengan daerah pelayanan Lingk.Ngegong dan sekitarnya, dan TPST Kel.Klampok.

4.    Pelatihan kerajinan daur ulang sampah
Dinas Kebersihan dan Pertamanan daerah kota Blitar menyelenggarakan pelatihan kerajinan daur ulang sampah kepada masyarakat. Jenis pelatihan yang diberikan meliputi pengolahan limbah logam dan limbah plastik diolah menjadi aneka kerajinan untuk barang-barang souvenir dan teknologi yang lain.
5.    Fermentasi sampah organik menjadi pupuk cair
Pada inovasi ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan daerah kota Blitar membuat inovasi langkah alternatif dalam pengolahan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis yaitu memproses sampah organik yang difermentasikan menjadi pupuk cair.
Lokus 2 :  Kecamatan  Kepanjen Kidul Kabupaten Blitar
Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar Provensi Jawa Timur memiliki luas wilayah 10,50 km2 dengan jumlah penduduk sampai dengan Juli 2014 44.146 jiwa terdiri atas 21.923 laki-laki dan 22.223 perempuan. Dengan Visi adalah “mewujudkan Kecamatan Kepanjen Kidul yang Profesional dalam memberdayakan dan melayani masyarakat”. Untuk merealisasikan visi tersebut, selanjutnya dijabarkan dalam misi Kepanjen Kidul yang terdiri atas:
1.     Meningkatkan kualitas tatakelola pemerintahan dan pelayanan masnyarakat yang efektif, cepat dan tepat
2.     Meningkatkan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan di segala bidang
3.     Meningkatkan ketentraman dan ketertiban wilayah
Penetapan visi dan misi tersebut mempunyai tujuan  antara lain untuk :
1.     Merupakan hasil akhir yang akan dicapai atau  dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun;
2.     Menggambarkan arah strategik organisasi dan perbaikan-perbaikan yang ingin diciptakan sesuai tugas pokok dan fungsi organisasi;
3.     Meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan arah sasaran, kebijaksanaan, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan misi organisasi.

Untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai tersebut, maka Kecamatan Kepanjenkidul menetapkan  3  ( tiga ) sasaran  sebagai berikut :
1.  Terwujudnya peningkatan  kepercayaan dan kepuasan masyarakat dalam pelayanan ;
2.  Terwujudnya peningkatan  keberdayaan  masyarakat dan lembaga organisasi  masyarakat;
3.  Terwujudnya peningkatan ketentraman dan ketertiban wilayah.
Lokus 3 : kelurahan bendo kecamatan kepanjen kidul kota blitar
Kelurahan Bendo Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar adalah salah satu dari tujuh kelurahan yang ada di Kecamatan Kepanjen Kidul yang memiliki luas wilayah ± 2 km²  dengan jumlah penduduk sebesar  ± 5.768 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki ± 2.880 jiwa dan jumlah perempuan ± 2.888 jiwa, adapun jumlah kepala keluarga sebesar  ± 1.729 KK.

VISI KELURAHAN BENDO
Mewujudkan Pelayanan Yang Profesional dan Pemberdayaan Menuju Masyarakat Yang Sejahtera
MISI KELURAHAN BENDO
     Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat ;
     Meningkatkan pemberdayaan masyarakat Kelurahan melalui pembangunan partisipasi masyarakat di segala bidang ;
     Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang kondusif ;
     Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelestarian sumber daya alam, budaya, seni tradisional dan adat istiadat ;
    Menciptakan pertumbuhan perekonomian masyarakat.




TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Di dalam menjalankan tugas pokok fungsi secara internal organisasi pemerintahan dan pelaksanaan tugas pelayanan Publik/masyarakat berpedoman pada Standar Operasional Prosedur (SOP)

PRESTASI KELURAHAN BENDO
·      Prestasi Dalam Pengelolaan Keuangan Wtp 4 Kali
Juara 2 Lomba Pelayanan Publik Tingkat Kota Blitar ( TH. 2012 ) ( S P P)  63/ 2003
Juara 1 Lomba Kelurahan  Berprestasi Tingkat Kota Blitar ( TH. 2013 )
Juara 1 Lomba Gotong Royong Tingkat Kota Blitar ( TH. 2013 )
Juara Harapan 3 Lomba Poskamling Vaganza Se Kab / Kota Blitar ( TH 2013)
Juara 1  Bazar Jadoel Dalam Rangka Hari Jadi Kota Blitar ( TH 2014)
Juara 3 Pawai Kebangsaan Dalam Rangka Hut Ri Ke 69 ( TH 2014 )
Pelayanan di Kelurahan Standard sesuai SOP dan SPP
Pelaksana Program Raskinda Yang Baik, Tingkat Partisipasi Masyarakat Kelurahan Terhadap Pembangunan Tinggi
Tidak hanya puas sampai pada prestasi yang telah diperoleh oleh kelurahan bendo hingga saat ini, akan tetapi Kelurahan bendo selalu bebenah diri guna menutupi  kekurangan dewasa  ini yang masih dimiliki ialah seperti jenis pelayanan yang masih manual  (belum modern)akan ditingkatkan pada pelayanan berbasis IT dimasa yang akan datang.







3.    ANALISIS BEST PRACTICE  :
3.1 Hasil Identifikasi best practice pengelolaan program (lesson learnt dari best practice)   :
Lokus 1 : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Daerah Kota Blitar
Implementasi kegiatan pada Dinas Kebersihan dan pertamanan Daerah kota Blitar adalah sebagai berikut :
a.    Program Bank Sampah
Bank Sampah merupakan sebuah sistem pengelolaan sampah berbasis kelompok masyarakat dengan mengumpulkan berbagai jenis sampah yang masih memiliki nilai ekonomis
b.    Pembentukan Industri Minyak dan Pupuk Organik (IMPO);
IMPO adalah pengolahan sampah kota yang dilakukan oleh Lembaga Pemberdayaan Masyarakat  Manunggal Sejahtera Kelurahan Gedog  menjadi pupuk organik dan daur ulang sampah plastik yang menghasilkan minyak untuk bahan bakar.
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Manunggal Sejahtera bekerjasama dengan Pemerintah Kota secara bersama-sama dengan berprinsip kemitraan menangani permasalahan sampah ini dengan cara memproses sampah organik menjadi pupuk organik dan sampah plastik menjadi produk daur ulang, sedangkan sampah yang tidak mampu diolah yaitu kerikil, kaca dan kayu maupun sampah yang tidak dapat diolah akan dikirim ke TPA System Sanitary Land Fill.
c.    Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST);
TPST merupakan tempat untuk pemilahan sampah, daur ulang dan pengomposan.
Kota Blitar mempunyai TPST di tingkat skala komunal yaitu di Kel.Blitar dengan daerah pelayanan Kelurahan Blitar dan sekitarnya, Lingk. Ngegong Kel. Gedog dengan daerah pelayanan Lingk.Ngegong dan sekitarnya, dan TPST Kel.Klampok.

d.    Pelatihan kerajinan daur ulang sampah
Dinas Kebersihan dan Pertamanan daerah kota Blitar menyelenggarakan pelatihan kerajinan daur ulang sampah kepada masyarakat. Jenis pelatihan yang diberikan meliputi pengolahan limbah logam dan limbah plastik diolah menjadi aneka kerajinan untuk barang-barang souvenir dan teknologi yang lain.
e.    Fermentasi sampah organik menjadi pupuk cair
Pada inovasi ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan daerah kota Blitar membuat inovasi langkah alternatif dalam pengolahan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomis yaitu memproses sampah organik yang difermentasikan menjadi pupuk cair.

Lokus 2 : Kecamatan Kepanjen Kidul
Implemantasi kegiatan pada Kecamatan Kepanjen Kidul dalam mencapai kebijakan daerah yaitu APBD pro rakyat  daerah dapat berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan Kecamatan Kepanjenkidul diantaranya :
1.     Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dengan menggunakan sistem personal approach . Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar melakukan pendekatan “door to door” ke masyarakat yaitu mengingatkan masyarakat untuk membayar pajak: melakukan sosialisasi ke masyarakat; siaran keliling; serta memberikan undian kepada masyarakat yang membayar pajak tepat waktu, sehingga kecamatan Kepanjenkidul berhasil mendapatkan predikat juara satu dalam pengumpulan Pajak Bumi dan Bangunan
2.     Komitmen antara Kepala Daerah ( Walikota Blitar) dengan Dewan dalam hal penetapan anggaran yakni APBD Pro Rakyat. Anggaran yang disediakan lebih difokuskan untuk kemakmuran masyarakatnya seperti beras gratis untuk rakyat miskin, hal ini dibuktikan dengan 4,2 M untuk Belanja Langusung (BL) 3 M nya digunakan untuk beras gratis untuk rakyat miskin
3.    Pelayanan Publik
a.     Memotivasi masyarakat Kepanjen Kidul agar memiliki KTP. Maka kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar secara tegas memberikan denda kepada masyarakat yang belum memilki KTP.
b.     Memberikan layanan nikah gratis untuk menghindari masyarakat melakukan hal yang menyimpang.

Lokus 3 : Kelurahan Bendo Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar
Implemantasi kegiatan pada Kelurahan Bendo Kecamatan Kepanjen Kidul dalam mencapai kebijakan daerah yaitu APBD pro rakyat  daerah dapat berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan Kecamatan Kepanjenkidul diantaranya :
1.     Mempunyai program Ekonomi kreatif kerakyatan.
Dalam bentuk kegiatan pembinaan masyarakat kecil seperti memberikan modal kepada Kelompok Usaha Bersama (KUB). Yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat kecil di Kelurahan Bendo.
2.     Mempunyai program unggulan yang berupa kegiatan Home industri.
Produk Home Industri yang paling menonjol adalah produk minuman berupa Sirup Jahe Merah yang sudah terkenal di Kota Blitar. Masyarakat di ajak swadaya untuk mengadakan bahan baku sendiri dengan memanfaatkan lahan kosong yang dimiliki masyarakat di sekitar tempat tinggal.
3.     Menghidupkan kembali kesadaran prinsip-prinsip NKRI
Menghidupkan kembali prinsip-prinsip kegiatan kegotong royongan yang ada pada masyarakat yang telah lama mulai menghilang dalam mengantisipasi bencana alam maupun bencana yang tidak terduga. Hal ini ditunjukkan dengan memperoleh prestasi juara 2 lomba gotong royong tingkat Kota Blitar tahun 2014.


4.     Membentuk Tim Pokja khusus dalam penanggulangan kemiskinan.
Kelurahan Bendo membentuk tim penanggulangan kemiskinan yang bersifat cepat tanggap darurat dan melaksanakan pendataan secara rutin kepada masyarakat. Hal ini dapat bermanfaat ketika ada sebagian masyarakat kelurahan bendo yang tidak memperoleh jatah raskin nasional maka akan dipenuhi oleh pemerintah kota Blitar berdasarkan data dari kelurahan.
5.     Perbaikan sistem pelayanan administrasi kelurahan.
Kelurahan bendo yang semula masih mengalami kendala dalam sistem pelayanan masyarakat, kini telah bertansformasi menjadi lebih baik dengan menciptakan SOP (standar Operasional Pelaksanaan) dalam pelayanan administrasi kelurahan dalam bentuk “One day Service” pelayanan selesai dalam satu hari. (tergantung dari tingkat permasalahan yang dihadapi).
6.     Peran Aktif Lurah dalam menjalankan Pemerintahan yang Profesional
Kepemimpinan Lurah berperan penting dalam menjalankan pemerintahan kelurahan hal ini ditunjukkan dengan komitmen Lurah untuk membina, mengarahkan dan memotivasi bawahan dalam pencapaian visi dan misi Kelurahan Bendo.  Seluruh bawahan juga diajak agar sebelum melakukan pelayanan kepada masyarakat untuk tersenyum terlebih dahulu sehingga ini diharapkan dapat menghasilkan pelayanan yang berkualitas baik dan bawahan dapat bekerja dengan ikhlas.
7.    Pembinaan kerukunan antar umat beragama.
Kelurahan Bendo memiliki komitmen dan semangat yang kuat dalam pembinaan kerukunan antar umat beragama melalui kegiatan rutin keagamaan yang bersifat menjalin tali silaturahmi sesama masyarakat Kelurahan Bendo.
a.     Best Practice Yang Dapat Diadopsi dan Sesuai Dengan Rancangan Proyek Perubahan :
Ketiga lokus yang kami kunjungi dalam melaksanakan tugasnya sudah menggunakan dan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.  Perbaikan sistem pelayanan administrasi kelurahan.
2.  Peran Aktif Lurah dalam menjalankan Pemerintahan yang Profesional

b.    PENUTUP :
Kegiatan benchmarking merupakan faktor penting untuk mendapatkan serangkaian pengalaman belajar dalam hal mengidentifikasi dan memahami best practice dalam pengelolaan program dan kegiatan organisasi lokus yang dikunjungi yaitu Dinas Kebersihan dan Pertamanan Daerah Kota Blitar, Kecamatan Kepanjen Kidul dan Kelurahan Bendo Kota Blitar.
Hasil dari identifikasi dan pemahaman best practice lokus yang dikunjungi, diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi dalam melaksanakan proyek perubahan instansional
Demikian laporan ini disusun guna persyaratan dan kelengkapan Dil\klat Kepemimpinan IV Angkatan XXX Tahun 2014 Provinsi Jawa Timur.

Malang, 17 September 2014
Peserta



MOPFIYANTO RAMADHAN, S.IP